-->

Senin, 27 September 2010

PerjuanganMU Oh IBU.......






Tidak asing lagi bagi kita, pepatah yang mengatakan : “Kasih anak sepanjang jalan, kasih ibu sepanjang masa.” Tidak hanya dalam pepatah, kasih sayang seorang ibu diuntai dengan kalimat indah, tak kalah syahdunya lirik sebuah lagu tentang “ibu” yang terekam kuat dalam memori sejak dari bangku TK:
Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya
Menyinari dunia
Kasih sayang seorang ibu, juga digambarkan Rasulullah SAW dalam sabdanya yang agung:

“Surga itu dibawah telapak kaki ibu”(HR.Ahmad)

Islam sungguh memuliakan peran ibu, sehingga surga yang dirindukan oleh semua insan di bumi ini dijadikan hanya ada di “gelar” seorang ibu.Wahai… ibu, anda patut berbahagia.
Tidak cukup sampai di situ, Rasulullah SAW mengangkat derajat perempuan sebagai pemimpin. Kalau ibu-ibu gagal menjadi direktris perusahaan, jangan kecewa! Atau ibu-ibu tidak terpilih sebagai caleg, jangan bersedih! Atau nama ibu-ibu tidak tercantum dalam daftar PNS yang diterima. jangan putus asa! Engkau wahai…ibu, seorang pemimpin dalam rumah tangga suami, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Seorang perempuan adalah yang bertanggung jawab atas rumah suami dan anaknya,  dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya” (HR.Muslim)

Kemuliaan seorang ibu, digambarkan pula dalam riwayat Abu Hurairah bahwa sesesorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, ”Wahai rasulullah, siapa orang yang paling berhak saya perlakukan dengan baik? Rasulullah bersabda, ”ibumu”. Dia bertanya, ”Setelah itu siapa?”, Rasul menjawab, ”ibumu” dan kemudian ketiga kalinya bapakmu”. Wahai..ibu, nikmat yang mana lagi yang disangsikan sebesar “gelar ibu”.
Kehormatan sebagai ibu, juga dirangkai sebagai perintah dalam firman Allah SWT, dimana Allah menegaskan kenapa “ibu” begitu dimuliakan:

“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah tambah,  dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu.” (QS.Lukman:14)

Perjuangan ibu yang begitu besar, bertarung dengan nyawa, melalui masa sembilan bulan yang tidak singkat, pastilah bukan pekerjaan sepele. Berbanggalah wahai ibu, Allah SWT memilih perempuan menyandang gelar IBU. Hanya ibu yang bisa hamil, melahirkan, dan menyusui. Dalam hal ini Rasulullah bersabda:
“Wanita yang sedang hamil dan menyusui sampai habis masa menyusuinya seperti pejuang digaris depan fii sabilillah. Dan jika ia meninggal diantara waktu tersebut, maka sesungguhnya baginya adalah pahala mati syahid.” (HR Thabrani)

Sungguh, hal ini merupakan motivasi sekaligus gelar kehormatan yang begitu besar yang Allah berikan kepada kaum perempuan. Adakah kiranya diantara engkau wahai yang bergelar ibu, tak ingin meraihnya?
            Tak ada kata selesai dalam mengiringi perjuanganmu IBU. Setelah anak lahir, tumbuh dan berkembang besar,  engkau IBU...., harus siap lahir batin mendidik anak. Sungguh amanah yang tidak mudah. Namun yakinlah wahai para ibu, perjuanganmu tak sedikitpun akan disia- siakan oleh Allah SWT.
Sayang sejuta sayang…, fakta yang sangat ironis menyeruak dikalangan masyarakat. Berita dan kejadian yang membuat gelar kehormatan yang selayaknya menjadi mahkota kebanggaan dan kemuliaan seorang ibu, haruskah JATUH…PECAH…dan TERSERAK??
Berita seorang ibu yang tega membuang bayinya hanya karena kekesalannya kepada suami yang pengangguran. Seorang ibu yang tidak belas kasihan menyaksikan buah hatinya meregang nyawa karena racun yang sengaja ibunya minumkan. Seorang ibu yang terbelit hutang  tak pilu menjual anak gadisnya. Semua kejadian tragis itu berdalih tekanan ekonomi. MasyaAllah…dimana gerangan hilang  surga yang ada ditapak kakimu duhai IBU ??
Maraknya beberapa kejadian, seorang bayi meninggal ditangan bocah tetangganya karena ditinggal pergi ibunya yang asyik mengobrol dengan tetangga. seorang balita yang tewas  jatuh dari ketinggian dua puluh lima meter apartemen disaat ibunya tidur siang. Seorang balita yang meninggal jatuh dari escalator setelah terpisah dari ibunya. Seorang gadis cilik yang diculik,  diperkosa lalu dibunuh karena kelengahan pengawasan ibu saat anak bermain. Seorang bocah tewas mengenaskan tergantung ditali mainannya saat ia bermain dengan adik-adiknya di rumah. Seorang…sesorang… dan akan sampai berapa orang lagi mutiara-mutiara kecil itu akan pergi begitu saja? Kemanakah gerangan engkau berada wahai ibu, disaat malaikat kecilmu ingin menikmati dunia bermainnya..dunia berlarinya dan dunia bertemannya?
“Kapan waktumu untukku wahai bunda”, tanya jerit pilu mereka di saat bocah-bocah itu membutuhkan perlindungan dari ibunya. Apakah sulitnya menggenggam erat jemari mungilnya di saat ibu berbelanja? Janganlah model baju yang lagi trend, promosi diskon yang menggoda,  dan segala barang yang mengundang konsumerisme membuat buah hatimu membayarnya dengan nyawa. Apakah pekerjaan rumah yang menumpuk dari hari ke hari membuat engkau duhai ibu tidak punya waktu bersama anakmu disaat mereka bermain?
Bukankah bermainnya mereka adalah saat belajarnya, dan sebaliknya belajarnya mereka adalah saat bermain? Bukankah dengan mengajak mereka ikut serta dalam pekerjaan sehari-hari ibu, adalah membuat mereka belajar? Di saat memotong sayur atau buah adalah mereka belajar konsep matematika. Bukankah mereka mengenal pembagian nyata di saat memotong? Bukankah mereka mengerti penjumlahan dan pengurangan di saat proses pembuatan sayur? Bukankah mereka menyaksikan perubahan wujud di saat mendidihkan air, menanak nasi, dan bahkan di saat membuat sambal? Mereka pun mengenal warna dan bentuk dari bahan makanan, mengenal rasa dan aroma dari bumbu masakan, mengenal sifat-sifat benda, dan seribu satu macam pelajaran lagi. Tidakkah dengan meluangkan waktumu bersama anakmu bunda, semakin mendekatkan engkau dengan Allah SWT.
Memantau dari hari ke hari tumbuh kembang anak, akan mengukir indah sebuah ketakjuban akan kebesaran Allah Azza Wajalla. Dari makhluk yang lemah waktu masih bayi, tumbuh bisa berdiri..berjalan..berlari..mengucapkan kata pertamanya..merespon perintah dan sejuta aksi yang menakjubkan akan menuntun engkau bunda mengerti kasih sayang Ilahi. Kenapa hakikat hidup dipisahkan dari mereka? Bukankah hidup ini adalah proses pembelajaran? ….. Karena itu tidak ada alasan buah hati jauh dari pengawasan ibu.
Wahai.. ibu, kalau waktumu habis karena alasan karier: apakah rumah bertingkat, mobil mewah, jabatan tinggi, itukah hartamu? TIDAK bunda, AKU anakmu harta yang tidak akan habis DUNIA AKHIRAT. Alasan dakwah? Bukankah utuh dan kuatnya anak-anak adalah dakwah pertama dan utama yang diperintahkan Rasulullah SAW???? Alasan pekerjaan rumah, bukankah ibu harus mengikutsertakan anakmu dalam mengenal berbagai aktivitas agar kelak anakmu tumbuh mandiri dan tangkas? …..dan …dan… semua dalih demi buah hatimu.
Ingat bunda, anakmu adalah hadiah terindah dan teristimewa sekaligus sebagai amanah dari Allah SWT yang harus dijaga, dirawat dan didik semaksimal mungkin. Aku anakmu bunda, adalah ladang pahala yang akan engkau panen diakhirat kelak. Aku anakmu bunda, adalah tabungan bunda yang akan menjadi jembatan mendapatkan surgaNya. Rasulullah bersabda:

“Bila seorang meninggal, terputuslah semua amalannya kecuali tiga perkara:amal jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh yang berdoa untuknya.”(HR.Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar